Senin, 09 Maret 2009

Korban Salah Tangkap di Sekolah X.



Korban Salah Tangkap di Sekolah X.  

Tiba-tiba salah satu guru ESTIB di telephon seseorang yang mengaku guru di sekolah X. Dalam pembicaraannya, penelephon mengatakan bahwa ada siswa ESTIB yang berantem dan tertangkap di sekolah tersebut. Selanjutnya guru-guru Estib mengklarifikasi ke sekolah X. Setelah diinvestigasi, ternyata tidak satupun saksi yang melihat bahwa siswa Estib berantem. Tiga guru di sekolah X tidak bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya. 

Kenapa ditangkap….?
Disekolah X memang sedang ada perkelahian masal, tetapi tidak satupun guru di sekolah tersebut yang mengetahui sebab musabab dan siapa saja yang berantem. Ketika guru-guru X datang menghampiri, perkelahian sudah usai dan mereka yang berantem keluar dari komplek sekolah X dengan melompat pagar. Sementara ada siswa Estib yang melintas disekolah tersebut kemudian berhenti untuk membeli es dipinggir jalan dekat pagar sekolah X. Saat itu juga, salah satu guru di sekolah X itu melihat ada siswa Estib jajan es sambil badannya menempel tembok pagar sekolah. Akhirnya siswa Estib itu ditangkap, di tuduh berkelahi dan dijadikan sandra, dengan harapan mereka yang berkelahi juga bisa ditangkap. 

Setelah ditangkap, siswa Estib diinterogasi namun tetap pada pendiriannya, bahwa dirinya tidak berkelahi. Terjadilah dialog yang alot dan memanas, akhirnya salah satu guru Estib ditelephon untuk menjemput siswanya. 

Setelah dijemput, lalu dibawa ke Estib bersama teman-temannya yang tidak tertangkap. Selanjutnya dialakukan klarifikasi di Estib, ternyata memang ada 3 siswa Estib yang berkelahi dan melompat pagar di sekolah X, namun siswa tersebut malahan tidak tertangkap. Anehnya, karena yang ditangkap temannya yang tidak bersalah, maka ke 3 siswa yang berkelahi tetap menunggu di luar komplek sekolah X. Ke 3 siswa tersebut ikut merasa prihatin terhadap temannya yang ditangkap, namun tidak bisa berbuat banyak untuk menolongnya. 

Inilah segi positif siswa-siswa tersebut dalam mengaktualisasikan aspek afektif. Walau tidak tertangkap, mereka bertiga tetap menunggu sampai temannya yang tertangkap bisa lepas dari penyandraan. 


Anak Guru, Biang Keributan di kelas.

Disalah satu kelas, ada suasana yang agak berbeda, karena setiap pelajaran dan siapa saja gurunya, ada salah satu siswa yang selalu bertingkah layaknya bukan anak sekolah. Siswa tersebut sering berkata jorok, kotor dan berbicara sendiri seperti sedang sakit ingatan, bahkan sering memanggil/menyebut gurunya secara tidak sopan. Teman-temannya diganggu, hingga menjadikan suasana kelas menjadi gaduh dan merusak konsentrasi.

Siswa tersebut selalu menjadi bulan-bulanan guru yang sedang mengajar dan menjadi bahan ejekan serta tertawaan teman sekelasnya. Namun siswa tersebut tidak merasa bersalah dan tidak malu, mungkin sudah menjadi kebiasaan didalam keluarganya. 

Apabila diperingatkan, siswa tersebut selalu membantah dengan kata-kata yang membuat gurunya menjadi marah. Sementara ada beberapa temannya yang justru senang dengan tingkah laku seperti itu, karena bisa dijadikan hiburan didalam kelas layaknya menonton pelawak gratis. 

Beberapa guru telah dibuatnya marah dan geram. Namun apa dikata, bahwa siswa tersebut adalah anaknya seorang guru yang juga mengajar di sekolah tersebut. Paling-paling guru-guru hanya bisa bilang “ Kalau bapakmu bukan guru disini, kamu sudah dikeluarkan dari sekolah ini”. 
He…he… gurunya takut sendiri…capek…deh…

Penulis Asim Sulistyo
Pemerhati Pendidikan dan Masalah Sosial
Tinggal di Krakitan, Bayat, Klaten



0 komentar:

Posting Komentar

Komentarlah sebagai tanda persahabatan.

 

Recent Post