Senin, 31 Mei 2010

Memandang Jenis Kelamin

Pelajaran PKn adalah pembelajaran yang menekankan masalah moral sosial manusia. Sebagai manusia yang beradab tidak akan memebeda-bedakan sesama umat, baik laki-laki, perempuan, anak-anak maupun dewasa.

Pada kesempatan pelajaran PKn tersebut guruku mengeluarkan pernyataan :


“Kita sesama umat mempunyai hak yang sama, jangan memandang jenis kelamin”. Ujar guruku.


Kemudian aku interupsi “Kenapa tidak boleh memandang jenis kelamin, Pak” tanyaku.

“Karena bisa menimbulkan masalah gender” jawab guruku.


“Bagaimana kalau menyentuhnya” kejarku.

Mendengar pertanyaan seperti itu seluruh teman di kelasku serentak tertawa, kemudian teman sebelahku menjawab “Ya...nanti marah kalau disentuh” ujar temanku.


Sementara guruku malahan tersenyum terkekeh-kekeh sambil berujar “Baru kelas 5 SD kok sudah berpikiran ngeres”.



Khabar Berita Yang Menyenangkan


Bu Guru Bahasa Indonesia yang cantik sedang mengajar materi “Berita”. Setelah panjang lebar memberikan pengertian tentang berita, kemudian Bu guru bertanya kepada siswanya :


“Khabar berita apa yang pernah kalian lihat” Tanya bu guru

“Khabar berita mahasiswa bentrok dengan aparat keamanan, Bu” Jawab temanku


“Khabar apa yang pernah kalian dapat” Tanya guruku lagi

“Saya mendapat khabar kalau minggu depan Bu Guru menikah” Jawab Edi, sampingku


“Berita apa yang membuat kalian senang” Kejar Guruku

“Hari ini aku sangat senang karena guru matematika sakit, jadi tidak ada pelajaran yang membuat pusing” Jawabku enteng


Mendengar jawabanku itu Bu Guru senyum-senyum, karena guru matematika yang sakit tersebut calon suami Bu Guru.


Sementara teman-temanku tertawa semua, tapi aku menjadi malu dengan kejadian tersebut.



Prek Prek... Prek Prek


Akhir-akhir ini Tim Bulutangkis Indonesia prestasinya menurun. Pertandingan yang dilaksanakan di luar negeri selalu kalah dengan negara-negara yang dulu tidak pernah menang dengan Indonesia. Untuk menguji kemempuan siswanya guru olah raga melemparkan suatu pertanyaan kepada siswanya :


“Kenapa Tim Bulutangkis Indonesia prestasinya menurun” Tanya Guruku

“Karena pemain Indonesia kurang disiplin” Jawab Agus, teman duduku


“Menurutmu karena apa… Mas Hasim” Guru bertanya kepadaku

“Karena penonton Indonesia menghina pemain Indonesia. Penonton berteriak dengan kata-kata yang jorok.


Contohnya :

“Indonesia…. prek prek... prek prek”

“Indonesia…. prek prek... prek prek”

“ Indonesia…. prek prek... prek prek”


Mendengar jawaban tersebut, serentak seisi ruang kelas tertawa meledak membuat suasana menjadi gaduh. Selanjutnya guruku melangkah keluar meninggalkan kelas sambil ngomel-ngomel.

Ternyata "prek prek prek" itu suara alat tepukkan, jadi bukan suara penghinaan., Kataku.



3 komentar:

  1. Kunjungan balik ke t4 shbt blogger... salam sukses !!!

    BalasHapus
  2. hahahah....
    mantap bos...

    thanks banget kalo mau berkunjung dan komen balik di blog gw...
    thanks...

    BalasHapus

Komentarlah sebagai tanda persahabatan.

 

Recent Post